Sebagai penghubung jiwa kasih dan rasa, sebagai penghadang duka resah dan bisa... sebagai pembela juang panji dan kuasa, sebagai penentu jalan ketetapan qada dan qadar... lantas keinginan menjadi satu kebiasaan, lantas terbukti menjadi suatu keheningan, di saat turunnya langit yang memancar tulus seruan, tiada di rasa seperti tidak berawan...
Subur di mata tidak bermakna subur di jiwa, rakus di jaja tidak bermakna lusuh di jendela, sesat merangkak tidak mungkin jalannya berbeda, apa dikata tetap tempatnya bertakhta... masih sempatkah mencari hilang sentuhan halusnya, masih mengalirkah jika dilepaskan permata di hujungnya, masih diterimakah andai tangan berkata, masih tergerakkah nadi mendetik niat diatasnya...
Bila ada yang datang dengan lain caranya, bila hati menjadi kelu cuba meredahnya, namun tetap menyakini terbangnya bersama, bagaimana kan dicari ganti seumpamanya... kata-kata yang tidak pernah hilang walau seketika, mengharungi riuk pikuk kedengusan kealpaan diantaranya, menusuk menimpa mati kekeringan, dan bangkit menerima cerita suatu pencerahan...
Kadang-kadang aku tidak perlu berfikir untuk menulis, ilham yang datang sepantas jari yang menaip butir-butir huruf kiri dan kanan... fikiran yang panjang akan mati di hujung akal, namun, apabila sampai masanya kita tersedar, hanya satu yang tidak akan habis berpenghujung...
No comments:
Post a Comment